Alhamdulillah, hari ini Senin tanggal 28 Januari 2019 ba’da shalat Maghrib saya kembali mengikuti pengajian rutin mingguan setiap hari Senin di Masjid Jami Al-Mukarromah Kelurahan Lagoa Kecamatan Koja Jakarta Utara. Kajian malam ini terkait dengan bab rukun sahnya shalat. Tetapi, yang dibahas malam ini lebih fokus kepada Niat.
Sebelum taklim dimulai, Habib mengajak jamaahnya untuk mendoakan, semoga jamaah Masjid Al-Mukarromah yang hadir mendapatkan ilmu yang bermanfaat, mendapat rahmat dan ridho Allah SWT, juga mendoakan semoga kedua orang tua kita, guru-guru kita, saudara-saudara kita, yang sedang sakit semoga Allah sembuhkan dari sakitnya, yang punya hutang semoga (segera) lunas hutangnya, diterima amal ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya, Alfaatihah … .
Shalat adalah amal yang pertama-tama akan dihisab oleh Allah SWT pada hari perhitungan. Jika baik shalatnya, maka baiklah timbangan amalnya. Jika tidak baik shalatnya, maka rusaklah timbangan amalnya. Maka shalatlah! Karena shalat dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Shalat juga dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Agar shalat kita menjadi sah maka syarat dan rukunnya harus dipenuhi. Pada kesempatan malam ini diterangkan sebanyak dua rukun shalat, diantaranya adalah niat dan takbiratul ihram. Niat shalat, wajib ada, dan tempatnya niat adalah di dalam hati, dibaca bersamaan (saat) kita melaksanakan takbiratul ihram.
Adapun kalau kita berniat shalat, misalnya shalat Maghrib, kemudian sebelum takbiratul ihram yang kita lafafzkan (ucapkan) dimulut adalah niat shalat Isya, itu tidak apa-apa. Tidak mempengaruhi niat yang didalam hati (niat awal di hati adalah niat shalat Maghrib), dan tidak perlu was-was terhadap niat shalatnya.
Terkadang memang antara yang keluar dari mulut dan yang ada didalam hati sanubari atau hati kecil kita berbeda. Tetapi alangkah baiknya dan memang seharusnya niat yang kita lafadzkan untuk memperkuat niat yang ada di dalam hati itu, sama bunyinya.
Leave a Reply